Ibnu Sina juga
seorang penulis yang produktif, sebagian besar karyanya membahas tentang
filsafat dan pengobatan. Ia adalah satu-satunya filsafat besar dalam
Islam yang berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan
terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim
hingga beberapa abad. Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai Qanun yang digunakan sebagai Referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Image courtesy of www.aslibumimayu.wordpress.com
Biografi Ibnu Sina
Ibnu Sina
bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu Sina
lahir pada 980 M di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan (kemudian Persia). Ia berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah
sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh
ayahnya. Orang tuanya adalah seorang pegawai tinggi pada pemerintahan
Dinasti Saman. Ia dibesarkan di Bukharaja serta belajar falsafah dan
ilmu-ilmu agama Islam.
Saat berusia 10 tahun dia banyak mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil menghafal Al-Qur'an. Ia dibimbing oleh Abu Abdellah Natili, dalam mempelajari ilmu logika untuk mempelajari buku Isagoge dan Prophyry, Eucliddan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu dia juga mendalami ilmu agama dan Metaphysics Plato dan Arsitoteles.
Suatu ketika dia mengalami masalah saat belajar ilmu Metaphysics dari
Arisstoteles. Empat Puluh kali dia membacanya sampai hafal setiap kata
yang tertulis dalam buku tersebut, namun dia tidak dapat mengerti
artinya. Sampai suatu hari setelah dia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li
Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban
dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi
segala ilmu Metaphysics.
Setelah
berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina merasa
tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Ia mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya. Meskipun secara teori dia belum matang,
tetapi ia banyak melakukan keberhasilan dalam mengobati orang-orang
sakit. Setiap kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Allah
agar diberikan petunjuk, maka didalam tidurnya Allah memberikan
pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapinya.
Suatu ketika
saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita sakit keras. Mendengar tentang
kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu Sina, akhirnya dia diminta datang ke
Istana untuk mengobati Amir Nuh Bin Nasr sehingga kesehatannya pulih
kembali. Sejak itu, Ibnu Sina menjadi akrab dengan Amir Nuh Bin Nasr
yang mempunyai sebuah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku yang
sangan lengkap di daerah itu. Sehingga membuat Ibnu Sina mendapat akses
untuk mengunjungi perpustakaan istana yang terlengkap yaitu Kutub
Khana.
Berkat
perpustakaan tersebut, Ibnu Sina mendapatkan banyak ilmu pengetahuan
untuk bahan-bahan penemuannya. Pada suatu hari perpustakaan tersebut
terbakar dan orang-orang setempat menuduh Ibnu Sina bahwa dirinya
sengaja membakar perpustakaan tersebut, dengan alasan agar orang lain
tidak bisa lagi mengambil manfaat dari perpustakaan itu.
Ibnu Sina lahir
di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan
muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia
dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman
Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan dikembangkan lebih
maju oleh para ilmuwan Islam.
Pengembangan
ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi.
Pengembangan ilmu pengetahuan di masa ini meliputi matematika,
astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada zaman
Dinasti Samayid dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti
Buyid dibagian barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung
bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti Samaniyah,
Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahun dunia
Islam.
Saat berusia 22
tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Pemerintahan Samanid menuju
keruntuhan. Masalah yang terjadi dalam pemerintahan tersebut akhirnya
membuatnya harus meninggalkan Bukhara. Pertama ia pindah ke Gurganj, ia
tinggal selama 10 tahun di Gurganj. Kemudia ia pindah dari Gurganj ke
Nasa, kemudian pindah lagi ke Baward, dan terus berpindah-pindah tempat
untuk mempelajari ilmu baru dan mengamalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar